“Biarkan
bintang itu menghilang”
You,
Me,
We’re face to face
But we don’t see eye
to eye
Like fire and rain
You can drive me
insane
But I can’t stay mad
at you for anything
We’re venus and mars
We’re like different
stars
But you’re the harmony
to every song I sing
And I wouldn’t change
a thing
(Wouldn’t change a thing – Demi lovato & Joe Jonas)
Bintang yang berhamburan di
langit malam begitu indah.Bayangkan saja,bintang-bintang itu tidak ingin
membuat orang-orang yang melihatnya kecewa.Maka dari itu,mereka harus bisa
bertahan memancarkan sinar yang sangat terang untuk menghiasi gelapnya
malam.Tetapi,mana mungkin bisa perasaan yang sudah sekian lama terang benderang
tiba-tiba tertutup oleh suatu kejadian yang begitu luar biasa gelap??Apa ada
jawaban dari teka-teki itu??
Namaku Clara Arvellina.Aku
menyukai bintang,bulan,dan segala ciptaan Tuhan yang sangat indah termasuk
diriku ini.Aku dilahirkan di Bandung tepatnya bulan Januari awal tahun.Entah
kenapa aku bisa lahir pada waktu itu.Sungguh itu adalah suatu kebanggaan
tersendiri bagiku.Namun,dibalik rasa bangga itu ada suatu kejadian yang amat
luar biasa buruknya hingga membuat segala sesuatunya berubah seketika tidak
seperti yang aku kira.Akupun juga tidak bisa mengubah segala sesuatu yang telah
terjadi semasa hidupku.
“Clara?” , panggil Bunda yang
sudah membuyarkan lamunanku yang indah itu.Padahal,akhir-akhir ini aku sudah
berjanji untuk tidak mengingat-ingat tentang hari itu tapi masih saja aku
lamunkan.
“Ya,Bun? Ada apa?” , kataku
sambil membalikkan setengah badan dan menengok ke arah Bunda yang terlihat
gagah seperti lelaki.
“Ayo makan.Makanannya sudah
Bunda buatkan untukmu.Ayo!Nanti dingin makanannya.”, ucap Bunda sembari
memegang pundakku agar aku mengikuti perintahnya.
“Iya.Bunda turun saja duluan.Nanti
aku menyusul”,ucapku.”Oke kalau begitu.Cepat ya,Nak”,ucap Bunda kemudian pergi
.
^___^
Ketika aku makan malam,banyak
yang Bunda dan Ayah katakan padaku.Bahkan sering bertanya tentang
sekolah,teman,dan kapan aku punya pacar.Aku jadi mati kutu karena tidak bisa
menjawab tentang pertanyaan yang terakhir.
“Nak,kapan kamu bisa ajak pacar
kamu untuk main dirumah,Sayang?”,tanya Ayah tiba-tiba disela-sela
makanku.Dengan kaget,aku langsung tersedak dengan pertanyaan Ayah tersebut.
“Ayah,jangan bertanya seperti
itu dong.Aku jadi tersedak.Ayah,sih”,ucapku
setelah minum air putih untuk meredakan tersedak itu.”Maafkan
Ayah,Nak.hehehehe.Kamu jadi tersedak.Karena sekarang sudah tidak tersedak,kamu
jawab pertanyaan Ayah.”
“Hm,harus dijawab ya Yah?”,tanyaku
ragu yang menandakan bahwa aku tidak yakin menjawab pertanyaan yang dilontarkan
Ayah itu.
“Harus dong.Ayah kan ingin tahu
tentang segala sesuatu tentang kamu?”,jawab Ayah santai.Tetapi aku melihat
Bunda seperti tidak suka Ayah bertanya seperti itu.
“Jujur saja ya,Yah.Sebenarnya Clara sudah memiliki perasaan kepada seseorang,Tapi,sayangnya orang itu tidak tahu kalau Clara menyukai dia,Yah.Kalau sampai dia tahu,paling-paling dia juga tidak mungkin menyukai Clara,Yah.Dia punya selera yang tinggi,Yah.”
“Jujur saja ya,Yah.Sebenarnya Clara sudah memiliki perasaan kepada seseorang,Tapi,sayangnya orang itu tidak tahu kalau Clara menyukai dia,Yah.Kalau sampai dia tahu,paling-paling dia juga tidak mungkin menyukai Clara,Yah.Dia punya selera yang tinggi,Yah.”
“Oh,begitu.Ya sudah kita
lanjutin besok saja ya.Bunda sudah menunggu piring kita,Nak.”,ucap Ayah.
Dalam hatiku ini ada perasaan
lega dan kecewapun juga ada.Tapi,untung saja.Ayah tidak bertanya hal-hal lain
yang ada dalam pikiranku ini. Sudahlah,jangan terlalu dipikir tentang hal
ini.Wajar kan kalau Ayah bertanya-tanya tentang orang lain yang berhubungan
dengan anaknya??
^___^
Hari ini adalah hari pertama
minggu pertama bulan kesembilan.Di semester yang ketiga ini,ada banyak hal yang
ingin aku dapatkan dari para rektor dan dosen-dosen yang super duper
killer.Yaitu,nilai sempurna.Aku tahu kalau di kelasku banyak sekali mahasiswa/i
yang otaknya hampir sama dengan Einstein,Namun,mereka itu terkadang terlambat
untuk mengumpulkan tugas.Ada juga yang sibuk dengan organisasi yang ada di
lingkungan kampus.Pokoknya,pinter-pinter lelet deh!
Croottt....!!!
“Hey,kau siapa sih?Lewat
sembarangan tidak diliat dulu?!Basah nih bajuku.Huhh.!!”,ucapku sambil teriak
dan menunjuk orang yang naik sepeda yang sedang menuju ke tempat parkir kampus
sebelah utara.
“Maaf ya.Aku gak sengaja
tadi.Aku tidak tahu kalau ada kubangan air lumpur”,kata seseorang yang bertubuh
tinggi dan berkulit sawo matang itu.Aku saja kaget tiba-tiba dia berlari-lari
kecil menghampiriku.Sumpah,hatiku ini deg-degan!
“Oke,tidak apa-apa.Tapi lain
kali lihat-lihat dong!Jangan sembarangan lewat saja.”,kataku.Kulihat dia sedang
mendengar apa yang aku katakan dengan saksama dan matanya itu benar-benar
melihat kedua mataku.Ah,lupakan saja.Mungkin hanya aku yang terlalu pe-de.
“Iya,Sekali lagi aku minta
maaf.Perkenalkan,namaku Marvell Lindsey.Aku mahasiswa baru disini”,ucapnya
sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.Akhirnya,aku pun juga bersalaman
dengannya.
“Namaku Clara Arvellina.Panggil
saja Clara”.”Oke”,katanya.
Aku
meninggalkan tempat itu dan berjalan melewati koridor kampus yang sangat ramai
oleh para mahasiswa/i yang sedang bersenda gurau.Tiba-tiba ...............
Braakkkk ... !!!
Kulihat seseorang yang tinggi
dan berkulit sawo matang itu menabrak salah satu mahasiswa yang sedang membawa
banyak tumpukan buku yang ia bawa dari Perpustakaan.Dan tidak salah lagi lelaki
itu adalah Marvell.Lelaki yang barusan saja memperkenalkan diri kepadaku
beberapa menit lalu.
Aku hanya bisa berdiam dan
memikirkan sesuatu yang aneh.Sepertinya,lelaki itu pembawa sial bagi
mahasiswa/i di kampus tersebut?Pikirkan saja,dia sudah dua kali melakukan
kesalahan yang rupanya tidak disengaja.Tetapi,itu suatu hal yang aneh bukan?
^____^
Malam ini adalah malam yang
indah seperti bintang yang terang di atas langit yang gelap.Aku membaringkan
tubuh diatas teras balkon dan mulai untuk memandang langit.Tanpa aku
menyadari,tiba-tiba aku teringat oleh sosok lelaki yang aku temui pagi tadi.Aku
saja bingung.Bagaimana bisa aku memikirkan seseorang yang baru saja aku kenal?Oh,Tuhan
tolong aku untuk tidak mengingat kejadian tadi pagi.
Tiba-tiba aku terkaget oleh
getaran suara yang aku rasakan di saku celanaku.Aku bangkit untuk duduk
bersandar di dinding yang menghadap ke arah luar balkon.”Nomor siapa
ini?”,batinku dalam hati.”Atau jangan-jangan Marvell laki-laki itu
tadi?”,kataku lagi dalam hati.
“Halo?Selamat malam.Ini siapa
dan ada yang bisa saya bantu?”,kataku kepada seseorang diluar sana yang
tadinyan ingin berbicara kepadaku.
“Selamat malam juga.Kau
Clara?”,tanyanya.Aku sudah mengira bahwa yang berbicara adalah lelaki.Hal itu
sudah terungkap ketika lelaki itu menjawab sapaanku.”Ya,ini Clara”,kataku
kepada lelaki itu.Sumpah,aku penasaran dengan orang ini.Sepertinya aku pernah
mengenal suara orang ini,tapi siapa??
“Ini Marvell”,katanya.Yup
benar!Ini Marvell.Seperti tebakanku awal.Tapi dari mana dia tahu nomorku
ini?Aneh sekali?Sangat aneh.
“Kau?Dari mana kau tahu
nomorku?”,sentakku.Walaupun mungkin ini kasar,tapi mau bagaimana lagi?Aku
paling tidak suka kalau ada orang yang tahu nomorku tanpa bertanya kepadaku
terlebih dahulu.
“Maaf.Bukannya aku lancang,Vell.Tapi
aku sangat membutuhkan bantuanmu”,ucapnya setengah membentak.”Hah?Vell?Apa
maksudnya?Namaku Clara bukan dipanggil Vell!!Kau mengerti tidak sih?”,kataku
dengan amarah yang semakin lama semakin membara.Sungguh,aku kesal.
“Terserah aku dong.Ingin
memanggil namamu siapa.Namamu kan Clara Arvellina?Bisa dipanggil Clara atau
Lina atau Velli atau Arvell atau Vellina?”,ucapnya melalui telepon dengan nada
setengah membentak.Entah kenapa keadaan hatiku dan Marvell rasanya ingin
marah.Aneh.
“Iya juga sih.Terkadang aku
tidak menyadari tentang hal itu”,ucapku dalam hati.”Oke,itu terserah kau
saja!”,jawabku.”Tetapi kau tahu dari mana nomorku?”,tanyaku sekali lagi
kepadanya.
“Aku tidak sengaja melihat di
daftar mahasiswa/i tentang biodatanya.Dan kebetulan ada namamu beserta nomor
teleponmu.Jadi,aku minta maaf”,katanya.
Tiba-tiba
saja aku terdiam.Sepertinya aku pernah mengalami hal yang sama.Tetapi tentang
siapa ya?Aku mencoba mengingat-ingat sesuatu.
“Vell?Kau masih disana?”,ucap
Marvell dan tiba-tiba aku sadar bahwa aku tidak menjawab
perkataannya.”Iya,maaf.Kalau begitu tidak apa-apa kok kalau memang kau
membutuhkannya.Tapi,ada yang bisa aku bantu?”.
“Ada.Aku perlu seseorang yang
bisa membantuku untuk berkeliling kota.Karena aku orang lama jadi aku sudah
lupa dengan jalanan kota yang lama tidak aku kunjungi.Bisakah?”,pintanya.
“Bisa,tapi
besok aku ada kuliah sore.Bagaimana?”,kataku.”Aku akan menunggumu sampai kau
selesai kuliah”,katanya.Aku heran dengan ucapannya itu.Bagaimana bisa dia ingin
menungguku untuk bisa aku temani pergi berkeliling kota Bandung?
“Oh,oke.Aku harus mengajakmu
pergi kemana dan naik apa?”,tanyaku ragu.”Ajakku ke tempat hangout anak muda yang sering dikunjungi.Kita akan naik sepeda.Kau
mau?”
“Oke.Sepeda??!?Sepeda
apa?”,tanyaku dengan khawatir.Aku tidak mau kejadian beberapa waktu yang lalu
tiba-tba bisa terjadi lagi.Oh,Tuhan tolong aku.
“Jangan terlalu khawatir
Vell.Aku akan menjawab pertanyaanmu itu besok.Sekarang sudah malam dan tidak
boleh kalau perempuan tidur terlalu malam”,ucapnya panjang lebar dan seketika
aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 22.00 WIB.
“Oke,aku tahu”, jawabku.
“Sudahlah jangan terlalu dipikir tentang hal itu.Aku akan menjawabnya
besok.Selamat malam dan selamat mimpi yang indah.”, katanya dan kemudian tidak
ada suara dibalik telepon itu.
Sebenarnya aku bingung dengan
ucapannya tadi.Dia seperti sudah dekat denganku.Padahal,baru tadi pagi aku
mengenalnya.Itupun kalau aku kesemprot air lumpur.Jika tidak,paling aku tidak
mengenalnya.Hm,Sudahlah.Jangan memikirkan dia lagi.Dia cuma teman biasa
dan...jangan sampai aku menyukainya.Aku tidak begitu tahu tentang dirinya
sepenuhnya.
^___^
Semalam,tiba-tiba aku memimpikan
Marvell.Aneh.Seperti yang aku bicarakan dengannya semalam.Sungguh aku tidak
menduga tentang mimpi itu.Sudahlah,mungkin ini karena masih permulaan.Pagi ini
sungguh hari yang harus bisa diajak kompromi.Walaupun masih setengah mendung
tapi aku hanya bisa berharap untuk tidak ada hujan yang turun.Semoga saja.
Setelah berpamitan untuk pulang
malam,aku berjalan menuju gerbang perumahan pinggir jalan raya untuk menunggu
taksi lewat.Tapi tidak ada satupun yang lewat di jalan raya itu.Dengan rasa
kecewa,aku berjalan menyusuri trotoar dan berhenti jika ada taksi lewat.
Kringg..kringg..kringg..kringg..suara
bel sepeda tiba-tiba muncul dari belakang badanku.Aku menoleh dan ternyata
Marvell sedang naik sepeda dengan mendengarkan musik melalui walkman dan
memakai baju kotak-kotak yang didalamnya terdapat kaos yang warnanya serasi dan
enak untuk dipandang.Tak lupa,dengan celana panjang,bersepatu,dan membawa tas
ransel.
“Marvell?”,tanyaku dengan
bingung.”Bagaimana bisa kau berada disini?”, tanyaku sekali lagi.
“Aku
mau pergi ke kampus.Kau jalan kaki?”, jawabnya santai.
“Ya,tadi aku menunggu taksi tapi
tidak ada yang lewat.Makanya aku jalan kaki sambil melihat ada taksi lewat atau
tidak”.
“Kau
mau naik denganku?Kampus masih jauh.Aku yakin kau tidak akan kuat sebentar
lagi”,tawarnya kepadaku.”Boleh?Kalau begitu ayo!”,kataku semangat.Untung-untung
hemat uang taksi.
Aku memegang pundaknya dan naik
di panjatan kaki yang ada di sepeda itu.Rambutku yang sengaja aku biarkan
terurai sudah terlihat terhembus angin.Kulihat juga dia yang menggayuh sepeda
dengan sekuat mungkin.Ternyata,dia tidak seperti yang aku kira
sebelumnya.Awalnya dia terlihat kaku dan culun.Tetapi ternyata dia orang yang
baik dan begitu luwesnya.
“Nanti kita berkeliling kota
sambil naik sepeda ini,Vell.Tidak apa-apa kan?Aku takut kau tidak
mau.”,tanyanya kepadaku.
“Oke,tidak apa-apa.Siapa
takut.Nanti kita bergantian ya.”, ucapku.”Oke”.
“Ayo
cepat menggayuhnya!Kita nanti terlambat.”,ucapku dengan semangat.Dengan cepat
Marvell menggayuh sepedanya itu dan kedua tangannya direntangkan.Aku kaget dan
dengan erat memegang pundaknya itu.Kemudian dia kembali memegang sepedanya.Aku
tidak menyangka aku sebahagia ini semenjak kejadian beberapa waktu lalu.
^___^
“Coba lihat ini,Vell.Lucu ya.Aku
dikirim gambar ini lewat BBM.”,katanya sambil menunjukkan gambar kartun yang
lucu yang dia tunjukkan lewat handphonenya itu.
“Ya,hahaha”,ucapku
sambil tertawa.
“Vell,maaf ya aku harus pergi
sekarang.Aku mempunyai tanggungan sama dosen.Jadi nanti sore setelah kau pulang
kuliah,aku tunggu disini.Bye”,katanya sembari membereskan handphone dan buku-bukunya
kemudian pergi meninggalkanku.
Aku dan Marvell bergurau dari
datang ke kampus hingga waktu kuliah masuk.Aku merasakan sesuatu yang hangat
ketika aku berada di dekatnya.Entah kenapa sejak pertemuan kemarin,aku
merasakan sesuatu yang tidak asing bagiku.Tapi apa ya?Apa ada sesuatu yang aneh
yang pernah aku tahu?
“Hey,Ra”,panggil seseorang yang
tinggi,putih,dan berambut panjang serta penyuka high heels ini.Namanya Rosell.Dia adalah teman sejak aku SMA hingga
sekarang ini.Karena dia suka sekali dengan high
heels,tidak salah bahwa dia adalah salah satu anggota club model yang
terkenal di Bandung,Look Models.Dia juga memiliki banyak penggemar di dalam
kampus maupun di luar kampus.
“Halo juga,Ros.Kau dari mana
saja?Baru datang?”,tanyaku ketika dia mulai duduk di sebelahku dan mulai
bersandar di bangku taman yang bercat hijau tua itu.
“Iya baru datang.Kalau
kau?Sendirian saja?”,tanyanya balik.”Tidak,tadi sih ditemeni sama mahasiswa
baru yang kemarin itu tuh terus dia tadi pergi ketemu dosen.Jadi,sekarang aku
sendirian.”
“Cie..cie..Sekarang sama cowok
itu nih?”,sindirnya sambil menyenggol bahuku.”Tidak.Aku hanya berteman sama
dia.”
“Memangnya nama cowok itu siapa
sih?”,tanya Rosell penasaran.”Marvell”,ucapku singkat,padat,dan jelas.
“Wah,hampir sama seperti namamu
dong?Arvellina.Hahahaha”
“Apa’an
sih?Lagian juga kebetulan semua kok.Tidak ada yang disengaja.”,ucapku memaksa
untuk meyakinkan Rosell.
“Iya deh.Eh,aku masuk dulu
ya.Bye!”,ucap Rosell kemudian pergi.
^___^
Setelah sekian lama aku menunggu
Rosell dan Marvell yang sedang kuliah pagi,Marvell tiba-tiba datang sambil
membawa sekaleng minuman ringan yang bermaksud memberikannya kepadaku.Aku
melihatnya sedang tersenyum kepadaku dan mulai duduk di bangku yang aku tempati
sejak aku mulai datang tadi pagi.
“Vell,maaf ya sudah membuatmu
menunggu.Dosennya ribet mengajarnya.”, ucapnya sambil menyodorkan sekaleng
minuman ringan yang tadi di bawanya.
“Tidak apa-apa.Santai
saja.Selagi menunggumu,aku membaca satu buku habis.”,jawabku.”
“Hm,kakimu
kenapa ini?Kok seperti habis kecelakaan?”,tanya Marvell.
“Hm,anu.Cuma kecelakaan ringan
kok.”, jawabku berbohong.”Ah,tidak mungkin kalau ini kecelakaan ringan.Kau
jujur saja dan tidak perlu berbohong kepadaku.”
“Bener,deh.”, jawabku
singkat.”Oke,kalau begitu.Oh ya,hal-hal apa yang paling kau benci seumur
hidupmu hingga sekarang?”,tanyanya.
Pertanyaan
itu tiba-tiba membuatku melemas dan ingin pingsan rasanya.Kenapa dia bertanya
seperti itu dan ingin tahu?Dia adalah orang yang aneh dan misterius.Apa yang
dia bicarakan itu selalu bersangkut paut dengan hal-hal yang sudah lama ingin
kulupakan?
“Hm,bagaimana ya?Sepertinya aku
harus jujur kepadamu supaya kau tahu.”, jawabku.
“Apa
itu?”, tanyanya.
“Sebenarnya aku memiliki seorang
kakak laki-laki angkat yang berasal dari ayahku sejak aku kecil.Aku sayang
sekali dengan kakakku itu dan begitu sebaliknya.Ketika dewasa,kakakku sangat
menyukai melihat motor balap hingga dibelikan oleh Ayah sebuah motor balap.Saat
itu,kakakku menjadi anggota club motor balap legal.Kakakku sering mengikuti
kejuaraan lomba balap motor hingga Nasional.Saking cintanya,kakakku pernah
mengajakku berkeliling kota menggunakan motor yang dibelikan oleh Ayah.Ketika
di jalan,tiba-tiba ada sekelompok gank motor
ilegal yang sedang mengelilingi jalan.Akhirnya,kakakku mengajak mereka untuk
balap bersama pasangannya.Dan aku setuju untuk menjadi pasangan kakakku.Tetapi
ketika sedang berlomba,tiba-tiba motor itu oleng dan jatuh pas di depan truk
yang sedang berhenti.Aku hanya jatuh dan pingsan serta luka parah yang
sedikit.Sedangkan kakakku menatap truk dan meninggal di tempat.Dari kejadian
itu,aku paling benci dengan orang yang menyukai balap.Sungguh trauma”,kataku
panjang lebar hingga membuat Marvell seperti bosan dan raut wajahya aneh saat
mendengarkan ceritaku.
“Oh,begitu.Oh ya,bukannya kau
setelah ini masuk kelas?Kalau begitu kau bersiap-siap saja dan belajar yang
rajin ya?”, katanya sambil menggoyangkan rambutku dan kemudian pergi tanpa
pamit.
Sikapnya yang aneh dan misterius
itu membuatku semakin penasaran dengan semua yang dia tanyakan,dia
lontarkan,maupun yang dia berikan melalui perhatiannya.Aku tahu aku baru
mengenalnya.Tetapi di satu sisi aku juga
terkadang memikirkannya.Memikirkan kehidupan di balik kehidupannya yang
sekarang.
^___^
Sore setelah aku kuliah,aku
menepati janjiku untuk bisa menemani Marvell untuk pergi berkeliling
kota.Sebenarnya aku masih mengingat kejadian waktu itu bersama kakakku.Tetapi
sore ini perasaanku sudah mulai tenang semenjak kedatangan Marvell.Ya walaupun
masih satu hari,tetapi bila hari itu tidak dimanfaatkan,pasti akan ada
penyesalan dibelakang.
Aku mengajak Marvell ke Paris
Van Java,pinggiran kota Bandung,lewat depan Gedung Sate,bahkan pinggir jalan
yang banyak menjual baju dan makanan.Marvell mentraktirku makan bahkan membeli
baju yang belum pernah aku beli.
Aku melewati kehidupan di
semester ketiga ini dengan penuh kebahagiaan.Aku bisa menemukan seseorang yang
aneh tetapi menyenangkan.Namun,masih ada teka-teki yang masih belum bisa
terjawab tentang bagaimana aku bisa melupakan segala sesuatu yang pernah
terjadi dalam hidupku yang berusaha menutupi sinar terang seperti bintang.
Marvell,yang baru aku kenal
ketika dia tak sengaja lewat dan melewati kubangan air dan tersemprot
dibajuku,ternyata adalah orang yang menyenangkan dan selalu stay cool terhadap setiap persoalan yang
sedang melanda hidupnya.
“Vell,pulang yuk.Sepertinya akan
ada hujan deras.”,ucapku ketika aku dan Marvell duduk bersandar di bangku taman
tengah kota dengan menikmati udara yang menusuk kulit.”Ayo!Sepertinya sudah
gerimis.Ayo cepat”, ucapnya sambil bergegas membereskan barang-barang yang
tergeletak di bangku taman.
Untuk bisa kembali ke rumah,aku
dan Marvell perlu banyak waktu untuk bisa cepat tiba di rumah.Tapi bagaimana
bisa jika hujan turun sangat lebat sedangkan aku hanya memakai kaos yang
berlengan pendek?Marvell memberhentikan sepedanya di halte dan akupun turun dan
menepi.Begitu pula Marvell.Diapun ikut menepi dan menunggu hujan reda.
Kedua tanganku memegang lenganku
yang sudah mulai dingin karena air hujan.Untung saja tas ku hanya berisi binder
dan sebuah bolpoin kesayanganku.Sedangkan buku-buku yang sudah
kukembalikan.Marvell melepas jaket tebalnya yang setengah basah dan memakaikannya
ke tubuhku.
“Kau pakai saja dulu jaketku
ini.Lain kali,kalau pergi kemana-mana harus bersiap membawa jaket supaya kalau
dingin sudah mengantisipasi.”, ucapnya dengan nada sedikit gemas.
“Iya,terima kasih”,ucapku
singkat dan puas.Hari semakin malam sedangkan hujan masih saja mengguyur kota
Bandung.Ayah dan Bunda pasti khawatir dengan keadaanku.Tapi harus bagaimana
lagi?Perkiraanku tadi pagi ternyata salah dan yang ada malah
kebalikannya.Sungguh!Suatu kejadian itu biasanya tidak terduga dan tiba-tiba
menghampiri dan terjadi.Dan itu pasti tidak lepas dari rencana Tuhan.
“Vell,maaf ya aku terlalu lama
mengajakmu berkeliling kota sampai malam seperti ini.”,ucapku kepada Marvell
yang tadinya dia hanya berdiam diri menunggu hujan mereda.
“Tidak apa-apa.Bagaimana kalau
kita pergi sekarang?Sudah tidak terlalu deras kok.”, tawarnya kepadaku sembari
berdiri dan memegang pinggulnya yang pasti sudah pegal-pegal karena sekian lama
duduk berjongkok.
“Ayo!Daripada nanti kemalaman.Aku
yang memboncengmu ya.”, pintaku sembari berjalan menuju sepeda yang akan
kunaiki.
“Boleh saja”.
^___^
Aku menggayuh sepeda yang
dimiliki Marvell.Sepertinya lumayan berat membonceng Marvell.Tetapi,tak
apalah.Aku menyusuri jalan raya yang penuh dengan lampu-lampu kota yang menyala
terang dan kendaraan yang melintas dengan suara bising mesinnya.Walaupun
hujan,masih ada saja orang yang keluar untuk menikmati indahnya kota.
“Vell,stop sebentar dong.Disana
ada apa ramai-ramai?”, tanya sambil menunjuk kerumunan orang yang rupanya
sedang melihat balap motor ilegal di salah satu ujung jalan.
“Hah?I..I..Itu..anu..hm,balap
motor liar kalau tidak salah.Ada apa?”, jawabku gugup.
“Kita
kesana yuk?”, ajaknya.”Tidak,aku tidak mau!”, tolakku mentah-mentah.Aku hanya
tidak ingin melihat kejadian itu terjadi lagi walaupun terjadi dengan orang
lain.Tidak!
“Kenapa?”, tanya Marvell.”Kau
lupa tadi sore aku bercerita apa?”
“Oops,maaf,Vell.Ya
sudah kita lanjut saja.”, ucapnya.
Aku meneruskan perjalanan untuk
menuju rumahku.Di dalam pikiranku ini sudah terbayang-bayang bagaimana tadinya
jika aku menuruti perintah dan kemauan Marvell untuk melihat balapan motor
itu.Pasti kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu akan terngiang-ngiang lagi
dipikiranku.
^___^
Aku memberhentikan sepeda itu di
depan gerbang yang bermodel klasik dengan warna yang terlihat kalem dan
menunjukkan betapa kokohnya gerbang itu.Dengan wajah yang sedikit lesu dan
pucat,aku mengucapkan terima kasih karena sudah mentraktirku dengan membeli
makanan dan baju.Diapun juga berterima kasih karena aku sudah menemaninya
berkeliling kota hingga malam.
Aku berjalan melewati beberapa
petak rumah yang terlihat mewah dan besar.Aku melihat banyak jendela di rumah
tersebut sudah mati dan gelap gulita.Yang ada hanya lampu-lampu taman yang
bercahaya redup yang menerangi rumah itu.
Aku membuka pagar yang tinggi
yang bercat hitam dan sedikit lempengan kayu tua yang menempel di pagar itu.Aku
melihat pula lampu taman yang sama yang aku temui di rumah-rumah
sebelumnya.Tetapi tiba-tiba aku merasakan meriang dan sedikit pusing setelah
aku melihat cahaya lampu itu.Dan akhirnya aku merebahkan diri di tanah yang
sedikit landai.
^___^
Aku membuka mata dan melihat
langit-langit yang bercat merah muda dan dinding yang bercat ungu muda.Di ruang
ada banyak rak lemari dan meja komputer yang didesain sederhana namun agak
sedikit berantakan dengan buku-buku yang tercecer.Selain itu,aku masih
merasakan pusing yang berkelanjutan seperti tadi malam saat aku membuka pintu
pagar.
“Nak,kau sudah sadar?Ayo bangun
dan minum obat serta sarapan.”, ucap Bunda dengan membawakan segelas air
putih,sepiring nasi goreng,dan obat.
“Bunda?Aku kenapa?Apa yang
terjadi?Apa aku ditabrak oleh seseorang?” , tanyaku .
“Tidak,tadi
malam kau pingsan di depan pintu pagar dan Ayah yang melihatmu sudah tergeletak
di tanah.Lalu,badanmu panas dan meriang.Kau kehujanan?”
“Iya,Bun.Bunda,jaket yang
kupakai tadi malam ada dimana?Aku harus mengembalikannya”, kataku merengek.
“Nak,badanmu masih
panas.Jadi,lain kali saja dikembalikan setelah kau sembuh,Sayang”,usul Bunda.
“Tapi bagaimana kalau yang punya
mencari?”,tanyaku dengan gelisah dan berharap Marvell lupa jika jaketnya ada
padaku.
“Sudahlah,jangan terlalu
cemas.Sekarang minum saja obatmu ini”, kata Bunda sambil menyodorkan obat dan
segelas air minum yang Bunda bawa tadi.
Setelah meminum obat,aku
meneruskan istirahatku dengan tidur.Rasanya badan seperti tidak kuat lagi untuk
bangun.Sementara itu,kepala hanya bisa pusing tanpa berhenti.
^___^
Aku terbangun dari tidurku.Dan
aku melihat ada dua orang.Laki-laki dan perempuan yang sedang
membelakangiku.Sepertinya,aku tidak begitu asing dengan mereka.Aku berusaha
untuk bangun hingga selimut yang kupakai menggerakkan tubuh mereka.
“Vell,kau sudah bangun?” , tanya
Marvel dan mencoba mendekati.”Kau kenapa bisa ada disini?” , jawabku.Dan
kulihat Rosell menghampiriku dengan membawa beberapa jenis buah yang dibungkus
rapi.
“Rosell yang membawaku
kesini.Maafkan aku bila aku yang sudah membuatmu sakit gara-gara kehujanan
kemarin”, katanya sambil meminta maaf.”Ya,tidak apa-apa.Oh ya,jaketmu masih di
cuci dan akan kukembalikan besok jika aku sudah sembuh.”
”Ok..”,ucap Marvell singkat.
^___^
Sudah sekian lama aku bermain
dan menghabiskan waktu bersama dengan Marvell setelah aku sakit.Ketika
liburan,terkadang dia mengajakku berlibur di tempat wisata.Selain itu,dia
sering mengajakku makan malam dan jalan-jalan di tepi pantai.
Namun,akhir-akhir ini aku heran
dengannya.Setiap malam,dia tidak bisa dihubungi bahkan ketika dirumahnya,orang
tuanya berkata bahwa Marvell pergi keluar bersama teman-temannya.Kadang aku
berpikir bahwa orang tuanya berbohong padaku.Dan aku yakin bahwa ada sesuatu
yang ditutupi dari orang tua Marvell.
Aku menatap langit yang hitam
dan gelap.Tidak ada bintang disana.Yang terlihat hanya hamparan luas langit
yang hitam gelap namun indah.Disisi lain,ada sesuatu aneh yang aku rasakan saat
ini setelah kejadian beberapa waktu lalu yang dialami kakak angkatku.Sepertinya
aku menyukai Marvell.Lelaki yang aku temui saat dia tak sengaja
menyemprotku.Namun,apa dia merasakan hal yang sama?Bila tidak,mengapa
akhir-akhir ini dia selalu membuatku tersenyum?Bila ya,mengapa dia tidak
mengubungiku saat malam seperti ini?
Kemana dia sekarang?Apa yang
dilakukannya sekarang?Semakin hari,perasaan ini begitu kuat dan tidak bisa
untuk dilepaskan.Aku menyayangimu Marvell.Tetapi aku takut kehilanganmu seperti
aku kehilangan kakak angkatku.Aku tidak bisa mengubah perasaan ini.Bila aku
bisa mengubah perasaan ini,aku tidak akan mengubahnya.
^___^
“Claraa,stop!”, jerit Rosell dari arah belakang.Aku membalikkan badan dan
kulihat dia berlari-lari dengan memakai high
heels yang tingginya kira-kira 10 cm.
“Hey,girl.What happened with you?”,jawabku agak kebarat-baratan.
“Maaf,sebenarnya
aku tidak apa-apa.Tapi,aku ingin kau membantuku malam nanti.Please.”, kata Rosell manja.
“Hm,kemana memangnya?”, tanyaku
.
“Ke
tempat balapan motor.Aku mau menemui seseorang disana.Ya?”,jawabnya.”Tidak,aku
tidak mau.Kau sendiri saja,ya?”, tolakku mentah-mentah.Aku tidak ingin
mengingat-ingat itu lagi.
“Kenapa?Aku tahu kau trauma.Tapi
kali ini saja.Kalau memang orang yang aku temui jelek,aku tidak akan mengajakmu
kesana lagi.Ayo dong?”
Benar kata Rosell.Aku memang
trauma jika mengingat-ingat kejadian itu.Tapi bila aku terus menerus trauma
sampai kapan aku bisa melupakan kejadian itu?Aku memang harus bisa berpikir. “Oke.Kali ini saja.Tapi awas saja
bila ada kejadian seperti yang dialami kakakku.” , ancamku.
“Iya.Thanks a lot,honey..”, kata Rosell
sambil mencium pipiku dengan tiba-tiba kemudian berlari.
^___^
Tiba-tiba saja handphone
berbunyi salah satu lagu kesukaanku.Dan kulihat layar handphone,Marvell
menelepon.Dengan cepat aku menjawabnya.
“Halo?”, ucapku.
“Halo
juga,Arvell.Apa kabar?Maaf aku lama tidak meneleponmu.Aku terlalu sibuk dengan
tugas dan aktifitasku di luar kampus sampai-sampai tidak sempat menghubungimu.”
“Baik.Tidak apa-apa.Aku
mengerti.Namun,kenapa setiap malam kau tidak ada dirumah?Kau pergi kemana?”,tanyaku.
“Hm,a..a..aku pergi keluar untuk
melakukan banyak percobaan.Kau tahu itu?”, jawabnya dengan lagak bingung.
“Oke.Malam ini kau ada acara?” ,
tanyaku.
“Ada,Vell.Maaf
ya.Aku terlalu sibuk minggu ini.Kenapa?”, tanyanya balik.
“Tidak apa-apa.Aku hanya
bertanya saja.Lagian,malam ini aku diajak Rosell pergi entah kemana.” ,
jawabku.”Oh,ya?Hm,kalau begitu kau persiapan saja.Nanti malam aku janji akan
telepon kau lagi.Tunggu saja.”
“Janji ya?Oke deh.Have fun
ya..”, kataku.
“Iya.”,
jawabnya singkat dan memastikan dia tidak akan menepati janjinya.
^___^
Aku bersiap-siap untuk menunggu
jemputan dari Rosell.Dengan pakaian yang casual,aku hanya memakai kaos warna
abu-abu,jaket hitam,celana jean’s panjang dan sepatu ket putih kesayanganku.
Aku hanya bisa berdoa supaya
tidak ada kejadian yang sama halnya dengan yang dialami kakakku.Semoga saja.
Kudengar klakson mobil Rosell
berbunyi.Dengan segera aku berlari keluar rumah dan masuk kedalm mobil Rosell.
“Hey,Ra.Kau santai malam ini.Kau
sudah siap?” , tanya Rosell yang kulihat dia memakai pakaian yang hampir sama
denganku.Hanya saja dia memakai high
heels-nya.
“Kau juga,Ros.Siap.Come on!” , ucapku .
Seiring
mobil melaju,aku melihat gubuk mewah yang tinggi di pinggir jalan dan menatap
lampu-lampu hias yang ada di tengah kota.Kulihat,banyak orang yang keluar malam
bersama pasangan atau keluarganya.Sedangkan aku?Aku hanya keluar dengan teman
perempuan tanpa ada teman laki-laki.
^___^
Aku melihat banyak orang yang
berkerumun di salah satu sudut jalan.Dan kulihat juga,banyak seseorang yang
sudah siap memakai helm dengan memulai menaiki sepeda besarnya.Rosell menepikan
mobilnya.Aku dan Rosell turun dan berkumpul di tempat yang sudah banyak
pendukung dari pembalapnya.
Aku melihat satu per satu
pembalap yang siap berlomba.Dan ada satu laki-laki yang sepertinya aku tidak
asing dengan tubuhnya.Tapi siapa?Aku terus melihatinya.
Aku
melihat salah seorang perempuan yang berpakaian sexy mengangkat bendera dan pertandinganpun dimulai.
Lelaki yang aku tatap tadi
melajukan sepedanya dengan cepat.Sepertinya dia adalah pembalap pintar.Aku
masih memikirkan lelaki itu.Kira-kira siapa ya?Apa aku pernah melihatnya?Atau
bahkan mengenalnya?Pertanyaan itu masih aku pikirkan....
Beberapa menit kemudian,pertandingan
itu selesai dan dimenangkan oleh seseorang yang tidak aku kenal namun lelaki
yang sepertinya pernah aku temui.Ketika orang-orang banyak yang bersorak,mereka
menyebut nama Lindsey.Aku terkaget dan berusaha untuk mengingat-ingat nama
itu.Aku ingat ketika Marvell memperkenalkan dirinya dengan nama Marvell Lindsey.Apa
benar itu Marvell?
Kulihat dia yang memenangkan
pertandingan itu mengacungkan piala kemenangan dan ternyata memang benar dia
Marvell.Aku melihatnya dan menahan air mata kecewa.Dia tiba-tiba melihatku dan
aku berlari dan mengeluarkan air mataku.Aku mendengar suara langkah sepatu yang
mengejarku.
“Arvell,tunggu.” , panggilnya
dari arah belakang.”Dengar penjelasanku dulu,Vell.”, ucapnya sekali lagi.
“Penjelasan apa lagi,Vell?Sudah
jelas kau menyembunyikan ini semua dari aku.Aku kecewa,Vell.Sungguh kecewa.”,
ucapku dan mencoba berlari lagi dan tanganku tiba-tiba ditangkap oleh seseorang
dan aku yakin itu Marvell.
“Jika kau tidak suka dan
membenciku,silahkan.Tapi ada satu hal yang perlu kau tahu.Aku melakukan ini
semua karena aku tidak ingin kau terpuruk dengan masa lalumu itu.Sebenarnya aku
ingin mengatakannya ini padamu.Tapi bukan saat ini.Sayangnya,kau sudah
mengetahuinya lebih awal.Maafkan aku bila aku mengecewakanmu.”,
ucapnya.Kata-kata yang diucapkan oleh Marvell itu benar-benar membuatku semakin
tak bisa menahan tangisan.
“Lepaskan aku.” , ucapku dan
melepaskan tanganku yang dipegang oleh Marvell.Aku berlari di sepanjang trotoar
jalan raya dengan menangis.Memang,kejadian yang dialami kakakku tidak terjadi
lagi.Namun,ini lebih dari kejadian itu.Aku kecewa dengan.Sungguh kecewa.Apa
yang harus aku lakukan?
Aku memberhentikan langkahku di
sebuah taman.Aku duduk dan terus mengeluarkan air mata.Aku tahu bahwa aku
sangat menyayangi Marvell,tapi kali ini aku diperhadapkan dengan dua
pilihan.Aku harus membencinya atau tetap menyayanginya.Aku tidak tahu harus
berbuat apa.Atau aku menerima kenyataan ini?
^___^
Sudah beberapa hari aku tidak
memedulikan Marvel.Namun,tidak untuk hari ini.Aku menyusuri lorong kampus
dengan mata sembab.Rasanya aku ingin dirumah dan beristirahat serta mencoba
melupakan kejadian tadi malam.Sayangnya,aku sudah terlanjur masuk kuliah.Jadi
mau tidak mau harus bisa tegar dan mencoba bisa memberi senyuman.Tapi
sepertinya aku tidak bisa.
“Arvell..”, panggil seseorang
dari depan.Aku mendongak dan kulihat Marvell sudah berdiri di depan mata.Dia
melihatku dengan tatapan aneh dan misterius.Seperti pertama kali aku melihatnya
dan saat dia bertanding balap motor tadi malam.
Aku tetap diam dan tidak
memedulikan apa yang dia bicarakan.
“Oke.Aku
tahu.” , ucapnya dan kemudian dia pergi.”Tunggu”, kataku.
“Apa lagi”Bukankah kau tidak
memedulikan aku saat aku bicara padamu barusan?”, jawabnya.Memang benar apa
yang dikatakan Marvell.Aku tidak memedulikan dia saat dia bicara.
“Bukan itu maksudku.Tapi....”,
jawabku singkat.”Tapi apa?”, katanya.
“Sebenarnya
kau ini siapa?Jujurlah padaku dan ceritakan semuanya padaku sekarang juga.Dan
apa maksudmu mendekatiku seperti itu?”, tanyaku.
“Aku?Sebenarnya...”, jawabnya.
“Sebenarnya
siapa kau?”, kataku.”Aku akan mengatakannya nanti.Aku belum siap untuk
mengatakannya sekarang.” , jawabnya .
“Oke.Aku tunggu nanti siang di
tempat seperti biasa.”, kataku dan kemudian pergi.
Aku meninggalkan Marvell dan
pergi menuju kelas.Kulihat Rosell sedang sendiri dan akupun menghampirinya.
“Ros,maafkan
aku beberapa hari yang lalu.Aku meninggalkanmu.”, kataku.
“Ya,tidak apa-apa.Kau tidak
apa-apa kan dengan Marvell?Aku dengar kalian bertengkar.” , ucap
Rosell.”Tidak.Hanya masalah kecil saja.”, ucapku.
“Tidak.Aku tidak
yakin.Sebenarnya aku sudah mengetahuinya tadi malam.Aku yakin,kau tidak akan
bisa membencinya karena kau mencintainya kan?”
“Lupakan itu.” , kataku kemudian
duduk di bangku paling belakang.”Huhh”
^___^
Aku berlarian untuk menuju taman.Tapi
aku tidak melihat seseorang sekalipun apalagi Marvell.Aku mencari bangku taman
dimana seperti biasanya aku dan Marvell berdua bersama.Tetapi tetap saja tidak
ada orang disana.Namun,aku melihat sepucuk surat yang diletakkan diatas bangku
taman.Aku duduk dan bersandar di bangku tersebut dan mulai membacanya.
Dear
: Clara ARVELLina
Maafkan aku,aku telah mengecewakkanmu
sejak pertama kali aku bertemu denganmu secara tidak sengaja.Aku tahu kau pasti
berpikir aku adalah orang yang aneh dan misterius.Aku tidak bisa mengatakan ini
padamu secara langsung.Yang bisa aku katakan sekarang ini adalah saat aku
tinggal Singapura aku adalah pembalap muda.Dan ketika aku tinggal di
Indonesia,aku tidak bisa membawa sepeda balapku.Maka dari itu,aku memakai
sepeda untuk kuliah.
Aku juga punya mempunyai masa lalu
yang hampir sama sepertimu.Aku pindah di Indonesia untuk mencoba bisa melupakan
semuanya.Maafkan aku bila aku benar-benar menyakitimu hatimu saat ini.
Aku menyukaimu sejak aku
pertama melihatmu.Kau adalah perempuan berbeda yang tidak seperti orang
lain.Aku nyaman bila didekatmu.Aku berharap kau juga memiliki perasaan yang
sama.
I Love You eventhough You hate
me more.
With
Love ,
mARVELL
Lindsey
“Aku tak bisa
membencimu,Marvell.Karena aku mencintaimu.Aku sekarang tahu bahwa kau juga
mencintaiku.Tapi aku tidak bisa mengatakan sekarang bahwa aku juga
mencintaimu.Maafkan aku.” , kataku dengan suara pelan dan air mataku terjatuh
di kertas itu.
^___^
Malam ini,aku pergi ke tempat
dimana aku bertemu dengan Marvell saat balap motor.Dengan kulit yang merinding
serta jantung yang berdebar kencang,aku memberanikan diri ke tempat
itu.Sepertinya malam ini Marvell bertanding dengan pembalap dari luar
negeri.Aku tahu ini adalah tempat ilegal.Tetapi masih saja ada orang yang
menyukai tempat ini.
Aku berdiri di barisan paling
depan.Aku melihat semua pembalap sudah bersiap-siap termasuk Marvell.Tiba-tiba,Marvell
memandangku dengan tatapan kosong.Lalu dia beranjak menghampiriku.
“Kenapa kau bisa ada
disini?Aku...” , ucap Marvell yang kemudian aku potong.
“Bertandinglah
dan jangan terlalu memikirkanku.Aku tidak apa-apa.”, kataku kepadanya.
“Tapi...”.
“Sudahlah.Sekarang
kembalilah dan rebut piala itu.Ayo.” , ucapku.Marvell akhirnya kembali dan
menunggangi sepeda motornya itu yang berwarna merah seperti warna kesukaanku.
Setelah aba-aba pertandingan
dimulai,aku pergi meninggalkan tempat itu.Tetapi yang tak kusangka
adalah,tiba-tiba....
Brakkk...Aku
berhenti dan menoleh.Kulihat sepeda motor yang berwarna merah itu terjatuh
dan...
“Marvell...”, pekikku dan
berlari menuju tempat dimana Marvell jatuh.”Bangun,Vell.Bangun...”,
kataku.Tetapi percuma saja.Orang yang aku teriaki tersebut hanya diam dan hanya
darah yang mengalir dari kepalanya.
Beberapa menit
kemudian,ambulance datang untuk membawa Marvell ke Rumah Sakit untuk diperiksa
bagaimana keadaannya.Di dalam ambulance aku hanya bisa menangis dan memegang
tangannya itu.Sekujur tubuhnya dingin seperti orang mati.Aku gelisah.Aku
berniat untuk menghubungi orang tua Marvell.Tapi bagaimana kalau nantinya mereka
semakin bingung dan gelisah?Sementara itu,aku tidak memiliki nomornya.
Aku merogoh saku depan celana
yang dipakai Marvell dan ternyata handphone-nya masih ada.Aku mencari nomor
keluarganya di kontak itu.Tetapi,saat aku membuka kontak,yang keluar nama
paling pertama adalah “ARVELL”.Aku berpikir dan sedikit bingung.Kenapa dia
menulis nama itu di kontaknya?
Ketika aku menemukan nomor yang
aku cari,aku menghubungi nomor tersebut dengan menggunakan handphone
kepunyaanku.Setelah nada sambung muncul dan diangkat,aku memulai untuk
berbicara.
“Halo Tante.Ini Clara,temannya
Marvell.Marvell kecelakaan Tante....Iya,sekarang dia dibawa di Rumah Sakit
terdekat....Marvell jatuh saat dia bertanding....Iya,sama-sama Tante.....Pasti
Clara menjaga Marvell....Selamat Malam Tante.”.Aku menutup telepon dan kembali
menatap Marvell.
Di Rumah Sakit,Marvell diperiksa
dan ternyata di gegar otak dan saat ini dia keadaannya kritis.Para perawat
memindahkan tubuh Marvell yang sedang terbaring ke ruang ICU dan kulihat kepalanya
di perban.Aku tetap berada di bangku ruang tunggu.Aku tidak boleh masuk ke
dalam ruang ICU.Maka dari itu,aku keluar menuju taman Rumah Sakit.
Disana,aku duduk dan bersandar
di bangku yang bercat putih dan bersih.Aku menatap langit dan melihat banyak
bintang disana.”Aku tidak peduli banyaknya bintang di langit saat ini.Yang aku
pedulikan adalah bagaimana bintang bisa bertahan untuk hidup dan mengeluarkan
sinar.Begitu pula dengan dirimu Marvell.Aku tidak ingin saat ini kau sedang
sakit.Yang aku inginkan adalah bagaimana kau bisa bertahan untuk mencintaiku
walaupun kau sedang dalam keadaan seperti ini.” , ucapku.
Air mataku terus berjatuhan dan
tidak bisa dihentikan.Orang yang saat ini aku sayang,tiba-tiba mengalami
kejadian yang sama seperti beberapa waktu lalu.Aku memukul bangku putih dan
menjerit sekeras-kerasnya.Dan air mata itu tetap turun berjatuhan.
^___^
Aku membuka mataku dan melihat banyak
perawat yang berkeliaran.Aku terbangun dari tidurku.Aku juga melihat burung
merpati putih yang beterbangan.Aku melihat jam tanganku dan ternyata hari sudah
pukul 08.00 WIB.
Pagi ini,orang tua Marvell
datang dan sedang duduk di ruang tunggu.Aku menghampiri mereka dengan mata
sembab karena menangis semalaman.
“Selamat Pagi Tante.Maaf,saya
baru datang.Saya ketiduran di taman Tante”, kataku.
“Pagi
juga.Tidak apa-apa.Maafkan tante juga.Tante,kemarin ada di Singapura mengurus
kuliah Marvell.”, kata Ibu Marvell yang cantik dan berambur panjang itu.
“Kuliah?Maksudnya?”, tanyaku
bingung.
“Marvell
akan kembali lagi ke Singapura untuk melanjutkan studinya.Kau pasti tahu
kan?Marvell disini hanya beberapa bulan saja.Minggu depan dia sudah harus
kembali ke Singapura.”, jawabnya.
“Secepat itu Tante?”, tanyaku.
“Ya.Oh,ya
sekarang Tante akan pergi ke rumah Tante yang ada di Bandung sebentar.Tolong
jaga Marvell ya.”.”Iya,Tante”,jawabku singkat.
Aku berjalan di lorong Rumah
Sakit dengan bau obat-obatan yang menyengat.Aku melihat di luar ruang ICU.Marvell
sedang terbaring kritis dan belum sadar hingga sekarang.Aku menyelinap masuk
dengan memakai pakaian dari Rumah Sakit dan masker.Aku duduk di bangku dekat
tempat tidur dan menatap wajah Marvell.
Wajah tampannya masih
terlihat.Hanya saja kepalanya diperban.Aku terus menatap wajahnya itu.Dalam
pikiranku,aku mengingat semasa aku mengenalnya bahkan saat dia tak sengaja
menyemprotku dengan sepedanya.Aku tertawa kecil bila mengingat itu.Tapi
sekarang masalahnya adalah saat ini dia berada di depan mata kepalaku sendiri
dengan keadaan kritis.Sayangnya,aku tetap tidak bisa mengubah segala
sesuatunya.
Aku menggenggam tangannya erat
dan berharap dia tidak meninggalkanku sendirian.Aku tak ingin kehilangan orang
yang aku sayangi seperti aku kehilangan kakak angkatku beberapa waktu
lalu.Tiba-tiba mata yang tertutup mengeluarkan air mata di wajah Marvell.Aku
tercengang melihatnya.Apa dia tahu apa yang sebenarnya aku rasakan?
Jari-jarinya bergerak dan
matanya terbuka dengan pelan.Matanya seperti sembab dan buram ketika
melihatku.Aku terus menggenggam tangannya.Aku menekan sebuah tombol di dinding
dan beberapa menit kemudian dokter dan perawat datang untuk memeriksa.
“Dia sudah sadar.Keadaannya akan
mulai membaik tidak seperti beberapa waktu lalu.Beberapa saat lagi,kami akan
memindahkannya di ruang inap dan dia masih perlu dirawat beberapa hari lagi.” ,
ucap seorang dokter dan kemudian pergi.
“Vell,maafkan aku sekali lagi.Dan
maafkan aku,aku tidak bisa mendapatkan piala itu”, ucap Marvell dengan suara
serak dan pelan.
“Ya,aku mengerti.Aku sudah
memaafkanmu.Aku sudah menerima dan membacanya surat yang kau letakkan di bangku
itu.”, ucapku.
“Oh ya?Maafkan aku karena aku
tak memberitahumu tentang latar belakangku sebelumnya.Sebenarnya aku ingin
memberitahumu ketika kita berada di bangku taman.Tapi sayangnya,kau sangat
benci dengan pembalap.Aku yakin,saat ini kau pasti membenciku .” , katanya.
“Jadi,kau memintaku agar aku
membencimu?Kalau begitu,aku sangat benci padamu.!!”, kataku kemudian beranjak
pergi.Tetapi,tangan Marvell memegangku dengan erat dan akhirnya aku membalikkan
badan serta kembali duduk.
“Aku tidak memintamu supaya kau
membenciku.Kau ingat kata-kata di akhir suratku?Kau perlu ingat dengan kalimat
itu.” , ucapnya.Aku terdiam.
^___^
Sudah satu minggu aku menemani
Marvell di Rumah Sakit.Sebenarnya aku tidak tahan dengan bau di Rumah
Sakit.Namun,hanya saja orang yang aku sayang sedang di rawat.Malam ini Marvell
diperbolehkan untuk pulang.Dengan kepala yang diperban,dia berjalan dengan
tangan yang masih memegang lenganku.
Orang tua Marvell yang sedang
kembali ke Singapura meminta agar Marvell menginap dirumahku untuk beberapa
hari saja.Dengan senang hati,aku menerima tawaran itu.Bahkan aku lebih
senang.Malam ini,Marvell ingin aku mengajaknya di sekitar pekarangan rumah
belakang.Disana ada kolam renang,ayunan kayu,dan taman yang tidak terlalu luas.
Aku mengajaknya untuk duduk di
ayunan kesayanganku dari kecil.Dimana dulunya aku sering tidur di pangkuan
kakak angkatku saat kakak angkatku membacakan dongeng.Namun sekarang yang ada
adalah orang yang aku sayangi.
“Oh ya,saat aku ada di ambulance
bersamamu dan ketika aku mencari kontak orang tuamu,namaku berada di paling
atas dan bukan Clara tapi Arvell.Apa maksudnya?” , tanyaku sambil
mengayun-ayunkan ayunan kayu.
“Oh itu.Kau juga perlu tahu
kenapa aku lebih suka memanggilmu Arvell daripada Clara.”, katanya.”Kenapa
memangnya?”, tanyaku lagi.
“Aku belum bisa menjawabnya sekarang.Lain
kali saja.”, ucapnya sambil tertawa.
^___^
Satu minggu kemudian ....
Malam
ini,Marvell mengajakku untuk berkeliling kota dengan sepeda nya.Seperti
beberapa waktu lalu.Aku berdiri di panjatan kaki sementara dia menggayuh
sepedanya.Marvell memberhentikan di salah satu taman kota dan duduk di rumput.
“Sejak awal ketika aku bertemu
denganmu,aku langsung menyukaimu,Vell.” , ucap nya sambil menatapku mataku
dengan aneh dan misterius.
“Oh ya?Kau melihatku dari mana?”
, tanyaku.”Kau berbeda.Kau menyenangkan,ramah,dan baik.Bahkan masih banyak
lagi.Aku mencintaimu.Sungguh.”.“Hm,kau lupa dengan pertanyaanku seminggu yang
lalu ya?”,tanyaku.
“Tidak,aku mengingatnya.Aku akan
mengatakan padamu jika kau menceritakan semua yang kau rasakan bila kau berada
didekatku.” , ucapnya.“Tidak boleh begitu.Kau bercerita maka aku akan
menjawabnya.Ayolah.” , pintaku.
“Hhh,Oke.Begini.Aku menulis nama
kontakmu di awal supaya aku mengingatnya ketika aku membuka kontak tak
sengaja.Lalu,aku memanggilmu Arvell supaya namamu sama dengan namaku.Kau sadar
tidak.Ketika aku menulis surat,nama “ARVELL” aku tulis dengan huruf kapital begitu
pula dengan namaku.Itu aku lakukan menandakan bahwa kita itu sehati.Dan akan
tetap diingat oleh semua orang.”, ucapnya dengan jelas.
“Oh,begitu.Oke.Aku mengerti
sekarang.”, kataku.”Sekarang kau yang perlu jawab pertanyaanku.Ayo cepat!” ,
ucapnya
Aku berdiri dan melihat banyak
bintang yang gemilang di langit.Aku menunjuk salah satu bintang yang bersinar
terang itu.”Lihat,itu adalah bintang yang paling terang daripada yang
lain.Seperti dirimu Marvell.Sebenarnya kau terang seperti bintang.Namun,kau
sempat menutupi bayangmu di balik langit gelap.Biarkan saja bila cahaya bintang
itu padam dan tak bisa memunculkan cahaya lagi,yang penting kau masih ada di
sisiku sampai selamanya.Aku mencintaimu Marvell.”
“Oh ya.Katanya,kau ingin ke luar
negeri lagi untuk kuliah.Benarkah? dan mengapa secepat itu?”, kataku sekali
lagi.”Siapa bilang?Itu dilakukan orang tuaku supaya orang tuaku tahu seberapa
cintanya kau denganku.”, ucapnya.
“Dasar!” , jawabku.
Saat
itu juga tanganku dan tangan Marvell membentuk hati dan menjulangkannya
dilangit di tengah-tengah bintang yang bersinar itu.Teka-teki yang selama ini
kucari terjawab sudah.Yang lalu bukan penghalang untuk mendapatkan
sesuatu yang indah dan menarik.:)